Ayah Aku Berhutang Padamu – Tulisan Feature Terpilih EWC Workshop 2018
Pada 25-27 Juli 2018 lalu, 16 grantee dan alumni berpartisipasi dalam Excellent Writing Club Workshop di Yogyakarta. Melalui lokakarya ini peserta berlatih untuk mengkomunikasikan keahlian pada bidangnya dalam tulisan feature maupun opini. Berikut adalah tulisan feature terpilih.
—
Ayah Aku Berhutang Padamu
Oleh Arifin (Universitas Gorontalo)
Sosok yang tak pernah kenal pamrih. Pemikul beban berat yang tak pernah merintih. Dialah seorang Ayah. Tak pernah peduli siang dan malam mengumpulkan pundi-pundi rupiah demi kelangsungan hidup keluarganya.
Menertibkan kendaraan-kendaraan roda dua dan empat dengan rapinya. Rumah Makan Lestari telah menjadi saksinya selama 6 tahun. Dia kadang melamun dan berpikir; “Cukupkah rupiah-rupiah ini aku berikan kepada mereka dirumah?”, dalam hati ia membatin.
Tak jarang, dia harus menahan nafsunya untuk memakan makanan yang terasa enak di lidah, demi istri tercinta dan ketiga anaknya. Malangnya, dia lebih memilih berlaukkan kerupuk dan nasi. Kemudian memberikan lauk ikan, tahu, tempe kepada orang istimewa di rumah kontrakannya.
Dulu, waktu dia masih bujangan hidupnya terbilang makmur. Dia dulu bekerja sebagai seorang pelatih tennis lapangan dan bergaji lumayan. Namun, sifat royalnya di masa muda itu tak bisa dibendung. Dia tak segan mentraktir kawan-kawannya berapapun jumlahnya. Dia tak pernah terpikir untuk menabung. Alhasil, dia tak pernah sanggup membeli rumah di tanah Jogja.
Kota Jogja memang terkenal dengan makanan-makanan yang dijual murah dan lezat rasanya. Akan tetapi, harga tanah di kota ini sangatlah mahal dan tidak bisa dia menjangkaunya. Tapi, dia tak pernah bermuram durja. Dia selalu berusaha membawa kegembiraan dalam keluarganya. Meskipun, kegembiraan itu tidak berupa materi. Canda tawanya kepada anak-anaknya selalu dia pelihara. Karena baginya keluarga adalah harta yang paling berharga.
Sekarang anak-anaknya sudah ada yang berkeluarga dan mempunyai rumah sendiri, bekerja di Malaysia dan anak sulungnya yang masih bersekolah di SMP swasta. Kata dia di Usia 54 tahun ini, tanggung jawabnya sebagai seorang Ayah belumlah berakhir. Dia masih harus membiayai anak sulungnya itu.
Suatu hari, anaknya yang bekerja di Malaysia mengirimkan uang kepadanya untuk membantu meringankan bebannya. Bagaimanapun, dia tak pernah menggantungkan niatnya untuk menggunakan uang yg diberikan itu. Katanya, uang tersebut akan ditabung dan dikembalikan lagi kepada anaknya setelah ia kembali ke kampung halaman. Dia tak pernah mau meminta apapun kepada anak-anaknya, yang terpenting anaknya bisa tercukupi kehidupannya dan hidup lebih layak.
Sosok Ayah itu adalah Pak Basari, seorang tukang parkir Rumah Makan Lestari.